laporan estimasi populasi cacing tanah


ESTIMASI POPULASI CACING TANAH
 (Laporan Praktikum Ekologi Hewan Tanah)




Oleh :
Galleh Saputri
1517021008







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017






LEMBAR PENGESAHAN

Judul                                       : Estimasi Populasi Cacing Tanah
Tanggal Percobaan                  : 28 November 2017
Tempat Percobaan                   : Laboratorium Ekologi
Nama                                       : Galleh Saputri
NPM                                       : 1517021008
Jurusan                                    : Biologi
Fakultas                                   : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kelompok                               : X (Sepuluh)



Bandar Lampung, 12 Desember 2017
Mengetahui,
Asisten



     Latifah Noor Zahra
       NPM. 1417021062







I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Hewan tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Salah satu hewan tanah adalah fauna tanah yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989). Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Salah satu contoh fauna tanah yaitu cacing tanah. Cacing tanah sangat banyak jenisnya. Di Indonesia, cacing tanah sebagian besar tergolong dalam famili Megascopecidae, terutama dari genus pheretima. Tetapi dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah yang luas penyebarannya di Indonesia adalah dari jenis Pontoscolex corethrurus.

Cacing tanah merupakan hewan inverteberata yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 60 - 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan organik merupakan dua faktor yang sangat poenting. Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 - 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius.


 1.2    Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kepadatan cacing tanah.






II.  TINJAUAN PUSTAKA


Cacing tanah merupakan salah satu fauna tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah dengan menghancurkan secara fisik pemecahan bahan organik menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, dan membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah. Cacing tanah adalah fauna yang memanfaatkan tanah sebagai habitat atau lingkungan yang mendukung aktifitas biologinya

Cacing tanah dapat digunakan dalam pengelolahan limbah organik karena cacing tanah dapat mengurai atau merombak bahan organik. Potensi cacing tanah yang cukup penting lainya adalah sebagai penghasil pupuk oganik yaitu material halus seperti humus dengan kapasitas tukar kation yang tinggi. Cacing tanah juga dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Besarnya peranan cacing tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah, dapat memberikan peluang pemanfaatan cacing tanah pada pertanian organik (Campbell, 2003 ).

Cacing tanah merupakan hewan inverteberata yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki sekitar 60 - 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi kehidupan cacing seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan organik merupakan dua faktor yang sangat penting. Kisaran pH yang optimal sekitar 6,5 - 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar antara 21-30 derajat celcius (Hidayat, 2008).



Tingkat kesuburan tanah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penyusun tanah seperti bahan mineral, bahan organik, air, udara, populasi dekomposer dan lain-lain. Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut.

Populasi dekomposer merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesuburan tanah. Salah satu dekomposer utama yang berperan dalam menentukan kesuburan tanah adalah cacing tanah. Cacing tanah termasuk invertebrata, phylum Annelida, ordo Oligochaeta. Cacing tanah tersebut memakan sisa tanaman yang membusuk dan menghasilkan sisa pencernaan (feses) yang merupakan sumber bahan organik tanah (Muhamad, 1989).

Distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai. Namun apabila cacing tanah sedikit, sedangkan bahan organik segar banyak, pelapukannya akan terhambat (Wolf, 1992).

Menurut Aslih (2006), penghitungan kepadatan populasi cacing tanah estimasi kepadatan populasi cacing tanah memiliki banyak metode yang telah dikembangkan dalam rangka mengestimasikannya. Antara lain dengan cara kimia. Dengan metoda ini semacam zat kimia dituangkan di tanah dan diharapkan cacing tanah tersebut akian keluar dan cacing itu diambil dan dihitung lalu dikoleksi.

a. Metoda cairan potassium permanganat
Pertama dilakukan oleh Evans dan Guild tahun 1947. Cairan potassium permanganate dituangkan ditanah pada luas tertentu. Cairan itu masuk kedalam tanah sehinga menyababkan cacing tanah keluar. Metoda ini tergantung pada daya penetrasi cairan itu ke dalam tanah. Dengan metoda ini akan didapat hasil yang “ Under Estimate” untuk beberapa jenis cacing tanah (Wolf, L. 1992).

b. Metoda formalin
Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

c. Metoda Pemberian cairan sabun
Hal yang biasa bila menenmukan humus tak terurai pada tanah-tanah asam. Hal ini disebabkan karena cacing- cacing tanah tidak toleran terhadap keasamaan. Pemberian sabun akan merangsang cacing keluar karena sifat sabun yang basa.

Pengurai ini merupakan tingkat makanan utama yang terakhir dalam ekosistem.Kelompok ini terutama terdiri dari jasad renik tanah seperti bakteri dan jamur Walaupun juga mencakup cacing tanah, rayap, tungau, kumbang dan anthrophoda lainnya.







III.   METODOLOGI

3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tanggal 28 November 2017

3.2    Alat dan Bahan
Adapun alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah nampan, plastik, penggaris, pinset dan cangkul.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 40% dan air kran.

3..3 Prosedur Kerja

1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2.    Membuat pengenceran formalin 0,55%, 1%, 2% dan 4%.
3.    Membuat kotak sebagai daerah yang akan diberi formalin dengan panjang dan lebar 71 X 71 cm.
4.    Membuat parit dipinggir kotak yang sudah dibuat dengan kedalaman 10 cm.
5.    Menyiram formalin di dalam area kotak yang sudah dibuat tadi, munggu hingga 10 menit lalu mengambil cacing yang keluar dari permukaan tanah.
6.    Setelah 10 menit tadi dilakukan penyiraman alkohol kembali sebagai pengulangan kedua.


7.    Melakukan hal yang sama setiap 10 menit berikutnya hingga 5 kali pengulangan.
8.    Mencatat hasil yang didapat.
9.    Mengidentifikasi cacing yang didapat, yaitu panjang, lebar dan jenisnya.



  


IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil Percobaan
Tabel 1. Hasil Identifikasi Ukuran Cacing Tanah
No
Jumlah Pengulangan
Jumlah Cacing yang didapat
Identifikasi Cacing
Rerata Panjang
Rerata Lebar
1
10 menit ke- 1
8
3,7 cm
0,19 cm
2
10 menit ke- 2
7
 2,24 cm
0,19 cm
3
10 menit ke- 3
3
4,13 cm
0,16 cm
4
10 menit ke- 4
2
6,8 cm
0,3 cm
5
10 menit ke-5
0
-
-

Tabel 2. Hasil Identifikasi Jenis Cacing Tanah
No
Famili
Jumlah
1
Acanthodrilidae
13
2
Megascolecidae
14



4.2    Pembahasan

Estimasi populasi adalah suatu metode  yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan  suatu  populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh individu dan metode sampling.
Populasi merupakan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu  ruangan  khusus, yang memiliki berbagai karakteristik   yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.
Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud disini adalah kondisi-kondisi fisik, kimia, biotik dan makanan yang secara bersama-sama dapat mempengaruhi populasi cacing tanah.

Faktor-faktor ekologis yang memengaruhi cacing tanah meliputi :
·         Keasaman (pH)
·         Kelengasan
·         Temperatur
·         Aerasi dan CO2
·         Bahan organik
·         Jenis
·         Suplai nutrisi
Syarat hidup optimum cacing tanah
·      Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang  besar.
·  Media cacing menpunyai dua fungsi sebagai tempat hidup sekaligus sebagai sumber bahan makanannya, maka dengan itu perlu dihitung C/N rasionya yang bagus ialah 20 – 30.
·      
     Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
·       
        Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.

     Dengan formalin dituangkan di tanah dan diharapkan cacing tanah yang ada di tanah tersebut akan keluar dan cacing itu diambil, dihitung dan dikoleksi. Cara ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai sempurna pada cacing. Konsentrasi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara 0,165 - 0,55 % dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian, tergantung pula pada keadaan tingkat kekeringan tanah. Untuk membuat formalin dengan konsentrasi 0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon (sekitar 4,5 liter).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada 10 menit pertama jumlah cacing yang didapat sebanyak 8, dengan rata-rata panjang 3,7 cm dan rata-rata lebar 0,19 cm. Pada 10 menit kedua cacing yang didapat sebanyak 7, dengan rata-rata panjang 2,2 cm dan rata-rata lebar 0,19 cm. Hasil pada 10 menit ketiga jumlah cacing yang didapat sebanyak 3, dengan rata-rata panjang 4,13 cm dan rata-rata lebar 0,16 cm. Hasil pada 10 keempat jumlah cacing yang didapat sebanyak 2, dengan rata-rata panjang  6,8 cm dan rata-rata lebar 0,3 cm. Pada 10 menit kelima tidak ada cacing diapat, hal ini dikarenakan tanah yang kami gunakan kepadatan populasi cacingnya rendah bahkan hampir tidak ada. Kemudian setelah diidentifikasi cacing-cacing yang kami dapat termasuk kedalam dua famili yaitu Acanthodrilidae dan Megascolecidae.

Distribusi suatu hewan tanah di suatu daerah tergantung pada keadaan faktor fisika kimia lingkungan dan sifat biologis hewan itu sendiri. Kebanyakan hewan distribiusinya berkelompok, yang mana mereka memilih hidup pada habitat yang paling sesuai baginya di tanah, baik sesuai faktor fisika kimia tanah maupun tersedianya makanan. Faktor fisika kimia tanah, walaupun berdekatan tidak persis sama, demikian pula tersedianya makanan bagi hewan tanah disana, dan hal ini ikut menentukan mengapa hewan tanah kebanyakan hidup berkelompok.






V.      KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.    Cacing yang didapat rata-rata memiliki ukuran yang kecil.
2.    Kepadatan populasi tergantung jenis tanah yang ditempati cacing tanah itu sendiri.
3.    Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana cacing tanah   itu berada.
4. Faktor-faktor ekologis yang memengaruhi cacing tanah meliputi keasaman (pH), kelengasan, temperatur, aerasi dan CO2, bahan organik, jenis, dan suplai nutrisi.
5.    Terdapat dua famili yang didapat dalam praktikum ini yaitu Acanthodrilidae dan Megascolecidae.




DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 2.  Erlangga. Jakarta.
Hidayat, P. 2008. Mata Kuliah Entomologi Umum Departemen Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Muhamad, N .1989. Ekologi Hewan Tanah.Bumi aksara. Jakarta.
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA SIH TEBU ITU ???